“Siang Senduku”
By: Diah
Fitriani
*Difi* Nov, 8th 2013
Dari balik jendela kamar kos ku, aku menengadah keluar untuk melihat
suasana diluar sana. Gelap, siang ini kota perantauanku tertutupi mendung yang
tak bercahaya sama sekali. Meninggalkan suasana sendu nan sepi yang tak
berujung.
Sendirian tak berkawan di dalam kamar, hanya ditemani olehmu yang sangat
setia dan tak pernah marah walau aku menggunakanmu seenaknya sendiri. Netbook
hp inilah yang selalu setia menemaniku yang sebenarnya adalah kepunyaan kakak
perempuanku, namun dia telah menjadi teman setiaku dua tahun terkahir ini,
mendengarkan segala keluh kesahku, mendukung dan menemaniku saat mengerjakan
tugas hingga larut malam, dia adalah teman yang sangat setia. Yaaahh walaupun
kadang-kadang bikin emosi juga karena kelemotan nya dia.
Kembali ke suasana yang sangat sendu nan sepi yang sangat berarti bagiku.
Suasana ini lah yang sering aku rindukan di kota perantauanku ini, kota ini
menjadi sejuk, tentram dan membuat ku ingat tentang kampung halaman ku
tercinta.
Saat-saat siang yang sepi di rumah asalku, mendung tak bertuah yang hanya
ditemani ibuku di rumah sederhana nan hangat. Biasa nya suasana ini terjadi di
bulan-bulan musim hujan, aku masih ingat sekali tentang hafalan ips ku waktu
sd, “Janom” yang berarti musim hujan itu terjadi di bulan oktober hingga bulan
Maret, singkatan itu diajarkan guru ku waktu kelas enam sd dan sampai sekarang
pun aku masih sangat ingat, namun karena perubahan cuaca dan iklim
mengakibatkan hujan dan kemarau yang tak menentu, kadang siangnya panas namun
tiba-tiba ketika sore menjelang hujan deras pun bisa menerjang hingga
mengakibatkan banjir.
Terdengarlah suara rintik-rintik ketika aku menulis catatan ini, semakin
membuat aku kangen dengan rumah sederhanaku di kampung halaman tercinta.
Biasanya suasana ini aku dapat ketika aku pulang dari sekolah, entah itu waktu
aku smp ataupun sma, namun ketika smp suasana rumahku tidak begitu sendu nan
sepi karena disitu masih ada kedua kakak kandungku dan saudara sepupuku yang
juga ikut tinggal dirumahku.
Mungkin lebih tepatnya aku mengalami deja vu mengulangi masa-masa saat aku
masih duduk dibangku sma. Seusai pulang sekolah, sekitar pukul 2 siang aku
melanjutkan kegiatan dirumah seperti sholat dzuhur yang kemudian disusul dengan
makan siang, tepatnya seperti hari ini pukul 3 kurang seperempat sore, hujan
rintik-rintik yang membasahi jalan, mendung yang menentramkan hati, bau khas
tanah atau jalan yang tersiram air hujan, di dalam kamar ku yang sempit, kalau
tidak salah 2X2 meter, yang pasti lebih kecil dari kamar kos ku disini. Aku
duduk termenung di dekat jendela kayu kamarku, merasakan indahnya hujan yang
setiap saat aku rindukan. Setelah merasakan kesejukan nya, akupun terbaring di kasur
empukku, mata ini tidak langsung terpejam, namun membayangkan apapun yang
terjadi dalam hiduopku.
Entah itu soal cinta yang banyak orang katakan masa sma adalah msa yang
paling indah karena terdapat banyak cinta didalamnya, tapi tidak untukku.
Cinta? Apa itu? Aku tidak merasakan cinta yang indah seperti yang orang katakan.
Bisa dibilang, datar-datar saja tanpa ada yang spesial.
Lalu setelah memikirkan cinta yng tak ada spesialnya, akupun beralih memikirkan
masa depanku, mau jadi apakah aku di masa yang akan datang? Aku suka sekali
bermimpi, yaa aku adakah sang pemimpi, yang sukanya bermimpi setinggi langit,
aku pernah bermimipi bisa menjadi seorang astronot yang bisa menjelajah galaksi
bimasakti, namun ketika aku pikir itu adalah mimpi yang keterlaluan, akhirnya
karena aku adalah penyuka iklim dan cuaca akupun ingin menjadi seorang ilmuwan
yang bekerja di LAPAN atau BMKG, namun ketika aku melihat hasil raportku yang biasa saja, akhirnya akupun kemudian
memutuskan untuk memejamkan mataku.
Bunyi rintik-rintik hujan yang amat aku senangi perlahan-lahan masuk
seperti hipnoterapi yang bisa menghipnotisku, seketika itu aku pun langsug
terlelap dalam tidurku. Menikmati indahnya mimpi siang ku, yang ditemani oleh
suara gemericik hujan yang sangat menenangkan hati.
Sampai akhirnya akupun terbangun dengan suasana hati yang sumringah dan
siap untuk membantu ibuku beres-bers rumah. Ketika aku terbangun ternyata hujan
telah berhenti, sekitar pukul 4 sore, akupun tidak lupa menunaikan kewajibanku
sebagai umat muslim, sholat ashar 4 rakaat. Kemudian aku ingin menyiram bunga
yang ada di depan rumahku, namun aku dikagetkan oleh ibuku bahwa air hujan
telah membasahi semua tanaman kita. Ohh iya aku lupa..
Akhirnya aku pun memutuskan untuk menyapu lantai rumahku. Seperti biasanya
di depan televisi ada seorang lelaki setengah baya yang tengah tertidur pulas,
dia adalah ayahku. Itu adalah tempat favoritnya untuk tidur, tidak peduli siang
ataupun malam, beliau tertidur sangat nyenyak, di kasur tipis depan televisi.
Akupun menyapu dengan pelan-pelan, dan selanjutnya menegepel lantai dengan dibasahi
terlebih dahulu dengan so klin lantai supaya rumahku harum.
Setelah semua pekerjaan telah selesai, sekitaran pukul 5 lebih, saat ayahku
sudah terbangun dari tidurnya, beliau pun selalu menyuruhku untuk segera mandi
sore, karena aku sangat susah jika disuruh mandi, maka ayahku selalu berkoar-koar
untuk menyuruhku mandi. Dan karena aku suka berlama-lama dikamar mandi padahal
banyak yang masih mengantri maka aku selalu disuruh mandi terlebih dahulu.
Setelah mandi, pukul setengah 6 sore, aku pun menenton televisi dengan
santai-santai sedikit lahh, hingga maghrib pun tiba, aku segera bergegas untuk
sholat maghrib dan setelah itu segera menyusun jadwal untuk esok pagi dan
mengangkat tas ransel kesayanganku ke ruang tamu untuk belajar. Tapi karena letak
ruang tamu yang tidak jauh dengan letak televisi, maka ketika ayah dan ibuku
menonton televisi, akupun mendengar dengan jelas dan kdang-kadang ketika
acarnya menarik, aku tidak segan-segan meninggalkan setumpuk bukuku dan beralih
di depan televisi, biasanya acara favorit keluarga ku ketika malam hari pukul 7
adalah “On The Spot”.
Setelah belajar selesai, akupun makan malam yang telah disiapkan oleh
ibuku. Kemudian sekitar pukul 10 malampun aku beranjak ke kamar tidur agar esok
pagi tidak terlambat. Itulah kegiatanku dimana saat siang sendu mewarnai hariku.
Aku sangat merindukan saat-saat aku dirumah sperti yang aku alami waktu aku
duduk di bangku sma, yang tak mungkin aku putar dan ulangi kembali. Yaa, apabila
di kota perantaunku ini sedang ada siang sendu maka aku hanya bisa mengingat masa
lalu ku yang sangat sederhana namun menyenangkan.
Saat aku menulis cerita inipun aku tak mampu menahan air mata ku yang turun
membasahi kedua pipiku, tidak mengapa karena aku hanyalah seorang anak
perantauan yang rindu akan kampung halaman disaaat siang diserang mendung dan
hujan gemericik.
Aku hanya bisa berharap dan berdo’a kepada Allah SWT bahwa suatu saat nanti
aku akan menemui siang sendu itu lagi dirumah sederhanaku namn dengan diriku
yang berbeda, aku ingin merasakan nya lagi namun ketika aku telah menjadi
wanita sukses yang bisa menggapai cita-citaku dan telah membanggakan serta
membahagiakan kedua orangtua ku dan seluruh keluarga besarku. Aamiin Aamiin Yaa
Rabbal Alamin.J
No comments:
Post a Comment